Selamat Datang!!!

Silakan tinggalkan komentar dengan santun

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Menuju Masa Keemasan Islam

Bukan bertanya, "Kapan Islam berjaya?" karena cepat atau lambat Islam pasti kan berjaya. Namun bertanyalah, "Apa peranku dalam menyongsong kejayaannya?"

The Time

Minggu, 05 Februari 2017

Pangeran Utsmani dan Takdir Kematian (bag. 1)


Tak diragukan lagi, fratrisida (pembunuhan saudara) merupakan salah satu bahasan paling kontroversial dalam sejarah Utsmani[1]. Disampaikan dalam hukum pemerintahan Sultan Mehmed Fatih[2][2] tentang berhaknya memberikan hukuman mati kepada anggota dinasti laki-laki  untuk menjaga masa peralihan kepemimpinan. Terdapat perbedaan dalam pelaksanaan hukuman mati ini sepanjang sejarah kekaisaran, dengan sebagian besarnya dipandang sebagai tindakan yang sah, tetapi sebagian pelaksanaan hukuman mati, utamanya untuk mencegah kemungkinan pemberontakan, dikritik sebagai tindakan yang tidak dibenarkan.

 
Adat “kerajaan menjadi kepemilikan bersama dinasti” menjadi salah satu ciri politik bangsa Turki kuno[3], dan terus berlanjut sampai mereka memeluk Islam. Sebagian pemimpin bangsa Turki memilih untuk membagi negara mereka menjadi beberapa wilayah dan memberikannya kepada para pangeran untuk menghindari perang saudara. Namun pelaksanaan ini memperlemah negara dan menggiring pada kejatuhannya. Syukurlah, Utsmani belajar dari pengalaman ini. Mereka mengorbankan diri mereka untuk negara dan rakyatnya dan meminum racun pahit itu untuk diri mereka sendiri. Racun pahit itu adalah menghukum mati sesama anggota dinasti untuk kemaslahatan masyarakat, yang dikenal dengan fratrisida.

Kamis, 30 Juni 2016

Cinta Selembut Bintang


Sang surya belum sepenuhnya terbenam tatkala berita duka itu tiba. Sembari menjinjing roknya yang menyapu tanah, dia berjalan cepat menyusuri lorong-lorong istananya, kediaman hadiah dari sang ayahanda, kaisar tiga benua.




Destur, Mihrimah Sultan Hazretleri![i]

Semua lelaki di ruang tidur utama berbalik menghadap dinding. Hukuman berat menanti bila sepasang mata mereka melihat wanita itu.

“Tunggu, Sheikhul-Islam Efendi[ii],” sela wanita itu saat kepala ulama hendak meninggalkan ruangan bersama lelaki lain. “Bagaimana keadaannya?” Ditanya seperti itu, Sheikhul-Islam hanya menunduk takzim. Tandanya sudah jelas.

“Baiklah, Anda boleh pergi.”

Tak lama, ruangan menjadi senyap. Wanita itu mendekat ke arah lelaki yang terbaring lemas di ranjang. Tampak tua dan lemah.

“Sultan[iii],” ujar lelaki itu serak. “Kau datang.”

“Tentu aku datang, Rustem,” jawab wanita itu sambil duduk di ranjang. Tak lama, keheningan menyergap.

“Muram sekali,” balas lelaki itu saat melihat mentari senja membasuh ruangan itu. “Gelap. Yah, mungkin seperti itulah yang kau rasakan terkait pernikahan kita.”

Sang wanita tak menjawab.

“Maafkan aku, Sultan, karena keegoisanku. Aku mencintaimu, tapi kau tidak. Dan dengan pengaruhku saat itu, aku berhasil menyakinkan hünkarum[iv] untuk menikahkanmu denganku, menjeratmu dengan lelaki yang kau benci ini. Aku, uhuk… uhuk…”

Wanita itu memandang jendela yang menghadap langit barat. “Rustem, kau memang bagaikan kegelapan dalam hidupku, malam yang hitam, menyelimuti diriku dalam kehampaan. Menyesakkan, menyakitkan,” balas wanita itu tanpa ragu, membuat lelaki itu yang berganti membisu.

“Mihrimah, maafkan …”

“Dulu,” sela wanita itu cepat.

“Dulu?”

“Pernikahan kita memang tak dilandasi cinta, Rustem. Sangat berbeda dengan orangtuaku. Ayahanda, berani menentang tradisi, memerdekakan Ibunda yang seorang budak, dan menjadikannya sebagai haseki sultan[v]-nya. Cinta mereka bergejolak, bagaikan gejolak laut Bosphorus. Cerita mereka akan abadi sampai generasi selanjutnya, pasti. Aku menginginkan pernikahan seperti itu, tapi nyatanya tak bisa. Dan itulah sebabnya aku selalu memandangmu sebagai malam kelam yang merenggut cahaya hidupku. Dulu.”

Kini wanita itu menatap ke arah lelaki, membuat pandangan mereka saling bertaut.

“Kemudian kita melalui banyak hal bersama. Suka, duka, hingga tekanan terberat kita lalui bersama. Dan mulailah itu muncul di hatiku, Rustem. Seberkas cahaya putih. Hanya temaram.”

“Cahaya putih?” balas lelaki bingung.

“Yah. Aku pikir itu tak abadi. Hanya buih yang akan hancur. Tapi aku salah. Perlahan bertambah dan bertambah banyak, bagaikan gemintang yang muncul perlahan di langit malam.”

“Sultan, apakah kau …”

Wanita itu meraih tangan lelaki itu, menggenggamnya erat. “Aku mencintaimu, Rustem. Yah, tidak seperti cinta Ayahanda dan Ibunda yang bergelora, yang menjadi kisah sepanjang zaman. Cinta ini hanya bagai kerlipan bintang yang putih dan lembut, sangat lembut. Mungkin juga kisah kita tak akan diabadikan dalam kisah-kisah para pecinta, tapi tak mengapa. karena kisah ini, cukuplah untuk kita berdua.”

Mata lelaki tua itu basah. Senyum kecilnya tertampak, tapi kelelahan yang sangat mencegahnya mengembangkan senyum terlalu lebar.

“Sultan, apakah kau tahu? Itu adalah hal terindah dalam hidupku.”

“Aku senang mendengarnya.”

Tak lama, mata lelaki itu membelalak lebih lebar, napasnya memburu cepat dan dengan cepat berubah menjadi desahan tipis yang hampir tak tertampak. Bibirnya bergerak pelan, menyebut asma Allah, lirih, sekali, dan kemudian hening.

Kini giliran mata wanita itu yang basah. Diiringi adzan maghrib dari Ayasofya[vi], didekatkanlah tangannya yang masih menggenggam tangan sang lelaki, dikecup punggung tangan Wazir Agung[vii] itu dengan penuh kasih.

“Selamat jalan, Rustem. Terima kasih untuk segalanya.”


#OneWeekOnePaper
Berdasar puisi “Hitam-Putih” karya Rizky Khotimah.




[i] Artinya: “Perhatian, Yang Mulia Mihrimah Sultan.”
[ii] Gelar bagi kepala ulama Turki Utsmani
[iii] Dalam Kesultanan Turki Utsmani, sultan tak hanya gelar bagi pemimpin Turki Utsmani, tetapi juga sapaan bagi anggota inti dinasti Utsmani yang lain, baik laki-laki dan perempuan sejak abad keenam belas. Dalam konteks ini, yang dimaksud sultan adalah “putri.”
[iv] Sapaan khusus untuk pemimpin Utsmani. Kurang lebih bermakna “penguasaku.”
[v] Gelar bagi pasangan sultan dengan beberapa makna. Di awal periode penggunaannya, gelar ini bermakna “permaisuri” atau “pasangan utama” sultan.
[vi] Bekas Basilika Kristen Orthodoks Yunani yang diubah menjadi masjid kekaisaran saat kota Konstantinopel dibebaskan oleh Turki Utsmani pada 1453. Secara bahasa, Ayasofya bermakna “kebijaksanaan suci.”
[vii] Bahasa Turki: Vezir-i Azam atau Sadr-ı Azam (Sadrazam). Gelar bagi perdana menteri Turki Utsmani.

Rabu, 20 April 2016

Terima Kasih Untuk Semuanya

Movie Script Blog Tour
One Day One Paper

Cerita sebelumnya:
Episode 18: Sang Kaisarina

Sejarah panjang penggagas terkuak, begitu pula jati diri Margareth yang merupakan Penggagas Tertinggi, atau Kaisarina. Di tempat lain, Rosi dan Ronaldi akhirnya berhasil membebaskan para pengunci yang disekap, sementara Aldi dan Wijaya menghilang.



[INT] Ruang Senjata
[SFX] Suara derap kaki banyak orang. Pintu terbuka.
Rosi        : Dru, kau di sini?
Dru         : Rosi, senang bertemu.
Ronaldi : Nanti saja reuninya. Ayo bergegas.
Dru         : (menarik Rei yang shock)
[INT] Lorong
(berlari)
Ronaldi : Aku sudah tahu semuanya. Termasuk soal Radian.
Dru         : (termenung sambil berlari) Iya
Rosi        : Sayang sekali, kalian baru dua bulan menikah. Dia tak bisa melihat anak pertamanya lahir.
Ar, Wid, Jan, Dru : Menikah? Anak?
Rosi        : Iya. Dru dan Radian. Dru hamil, sekarang usianya berarti sudah satu bulan.
Ar           : Apa? Iyakah, Dru? Kenapa tidak mengundang kami?
Dru         : Menikah? Kapan? (bingung)
Rosi        : (berpandangan dengan Ronaldi)
Ronaldi : Sebutkan ingatan terakhir kalian.
Jan         : Tsunami di pantai.
Wid        : Dru dan Radian berpegangan tangan di pantai, Al datang, kemudian tsunami.
Ronaldi : Nah, itu saat pernikahan Dru dan Rad. Mereka menikah di pantai. Al juga hadir. Kami hadir juga.
Wid        : Tapi kan kemudian tsunami?
Rosi        : Ada yang kacau dengan ingatan kalian. Tsunami dan pernikahan itu benar dan sama-sama terjadi di pantai. Pernikahannya dua bulan lalu. Tsunami itu satu bulan lalu.
 Wid, Jan, Ar : Oh (menggumam heran, bersamaan menatap Dru)
Dru         : (tersenyum malu)
Ronaldi : Tunggu. Kalau ingatan dua bulan terakhir kalian kacau, berarti kalian tidak tahu kalau Penggagas Tertinggi, Kaisar Rei XXX mangkat?
Wid, Jan, Ar : Apa?? (terkejut)
Dru         : Mengapa? Siapa pengganti beliau?
Rosi        : Meninggal biasa. Baginda Margareth menggantikan beliau.
Wid, Jan, Ar : Apa?? (terkejut)
Ronaldi   : Selain itu, Baginda Margareth juga memberitahukan informasi yang sangat mengejutkan.
Dru         : Apa itu?
Rosi        : Aldi Rajasa adalah putra kandung Kaisar Rei XXX.
Wid, Jan, Ar : Apa?? (terkejut) 
[INT] Ruang Rahasia
Bram     : Bergabunglah dengan kami, Margareth. Maksudku, Baginda. Kita ciptakan kedamaian bersama.
Mar        : Tidak, Dr. Bram. Gagasanmu untuk membagi kekaisaran besar ini menjadi beberapa otonomi sungguh buruk. Kau tahu sendiri tingkah para presiden dan raja yang fanatic akan wilayahnya masing-masing. Bagaimana jadinya jika mereka diberi kekuasaan lebih? Kekacauan akan kembali seperti zaman penggagas belum ada.
Bram     : Kekuatan terpusat itu juga tak baik. Jiwa tiran akan menguasai setiap orang yang duduk di takhta. Para pendahulumu buktinya. Dan aku takut itu akan terjadi padamu juga.
Mar        : Mereka hanya berusaha menciptakan perdamaian.
Bram     : Omong kosong! Pamanmu yang hina, Kaisar Rei XXX mengeliminasi setiap orang yang menentangnya, termasuk anaknya sendiri yang bayi. Dia gila! Jika istrinya sekaligus adikku, Permaisuri Saruhan, tidak menyamarkannya menjadi anak keluarga Rajasa yang miskin, dia pasti mati. Kau juga bisa di sini karena adikku menyelamatkanmu saat ayah ibumu dibantai dan kau diakui sebagai anak keluarga Scierex. Sistem lama ini harus dirombak, Margareth!
[INT] Lorong
Rei          : Aku merasakan tiga puluh tujuh orang bersenjata lengkap mendekat.
Rosi        : (bergumam) Jadi ini calon penggagas tertinggi itu? (memandang Rei takjub)
Ronaldi : (mengangguk)
Ar           : Lihat! (menunjuk segerombolan pasukan di ujung lorong)
Dru         : Mereka mengacungkan pistol.

Ronaldi : Rosi!
Rosi        : Oke (berdiri di depan sambil merentangkan tangan bersama Ronaldi, menahan tembakan peluru)
Rei          : Luar biasa!
Dru         : Itu kekuatan dari keluarga Isanovich. Kekuatan “Baja”.
Ar           : (melempar bumerang, mengenai rantai lampu gantung, lampu gantung rubuh menimmpa penjaga)
Rei          : Hebat!
Dru         : Itu kekuatan dari suku Scierex. Kekuatan “Akal”. Kekuatan yang berkaitan dengan akal.
Rei          : (bergumam) Pantas Cyn punya ingatan fotografis.
[OS] Tiga menit sebelum penghancuran
Ronaldi : Kita tak punya banyak waktu. Cepat!
[INT] Ruang Rahasia
Mar        : Tentu saja pamanku bukan orang suci. Tapi keseimbangan takhta jauh lebih baik dari otonomi.
Bram     : Kau buta, Margareth. Segera setelah Radian berhasil kuyakinkan, kami akan menyerang ibukota.
Mar        : Tingkat penyembuhan putramu sungguh mengagumkan. Air raksa itu benar-benar tak mempan. Aku tahu kalau selain menyembuhkan orang lain, keluarga Abraham dapat menyembuhkan diri sendiri juga. Tapi aku tak pernah melihat penyembuhan diri seperti yang dialami Radian.
Bram     : (tersenyum simpul) Aku mengetahui cara membangkitkan kekuatan Radian itu dari pengalaman Aldi. Sebagaimana keluarga suku Padishah lain, Aldi juga dapat menyerap kekuatan ibunya yang berasal dari suku lain. Ibunya, adikku, memberinya kekuatan penyembuh secara tak langsung. Saat virus itu menyebar di desa naas itu dan sekitarnya, dia berhasil hidup dan selamat. Sayang sekali, Tuan Rajasa dan Dr. Waley, dua ayah angkatnya, tak selamat dalam kejadian itu. Kejadian itu membuat aku ingat akan sebuah hukum purba mengenai kekuatan tiap suku.
Mar        : Kekuatan terbesar bangkit bersama tekanan terberat, itukah maksudmu?
Bram     : Benar.
[INT] Lorong
(berlari)
Rosi        : Para penjaga kembali berdatangan!
Rin          : Giliranku (menembak lima belas penjaga tepat di mata kanan mereka)
Rei          : Keren banget!
Dru         : Dia dari suku Yamanaka. Ketajaman mata yang menjadi keunggulan mereka.
Rei          : Keren! Apa itu berarti Emily juga punya kekuatan itu?
Rin          : Anakku mewarisi kekuatan mendiang ayahnya dari suku Scierex, kecerdasan.
Ar           : Omong-omong soal kecerdasan, aku kasihan dengan seorang lelaki Scierex yang punya anak gagal. (nada menyindir)
Wid        : Diam kau! Joe itu hanya malas. (nada ketus)
Rei          :  Kupikir kekuatan ini sifatnya keturunan. Kenapa ada yang bisa membangkitkan, ada yang tidak?
Dru         : Ini seperti kau diberi senjata. Mau kau manfaatkan atau tidak senjata itu, terserah padamu.
[OS] Dua menit sebelum penghancuran
Ronaldi : Itu dia jalan keluarnya!
[SFX] Srit. Langit-langit terbuka. Selusin pasukan keluar.
Ronaldi : Sial! (menembak pistol ke arah penjaga)
(Pertarungan antara pengunci dan penjaga)
(Penjaga dilumpuhkan dalam waktu setengah menit)
Rin          : Aku sudah sangat lelah.
[SFX] Byak. Pintu terbuka. Brmmm. Suara pesawat pribadi para pengunci.
Rosi        : Ayo cepat masuk!
Ar, Rin, Wid, Ronaldi, Rei : (berlari masuk ke pesawat)
Dru         : (berlari, mendadak pusing, bersandar di tembok)
Rosi        : Dru, ada apa?
Dru         : Tak apa (lemas)
Rosi        : Ayo, aah! Belakangmu.
Dru         : (menoleh)
Penjaga : (mengacungkan pistol) Mati kau.
[SFX] Suara tembakan
Penjaga : Aaaah (ambruk)
Rad        : Kau terluka, Dru?
Dru         : (mata membulat) R-Rad?
[INT] Ruang Rahasia
[OS] Satu menit sebelum penghancuran
Bram     : Agaknya kita memang tak bisa menyamakan pandangan.
Mar        : Benar, Tuan (citra Margaret memudar)
Bram     : (tersenyum) Begitu rupanya. Kau menggunakan kekuatanmu kepada proyeksi hologram. Saat kekuatan suku lain perlahan dapat digantikan tenaga modern, kekuatan “Kenaikan” kalian kaum penggagas tetap mengagumkan. Sebuah kekuatan yang dapat menaikkan kemampuan senjata dan hal apapun yang kalian inginkan ke level maksimal. Pamanmu bisa menaikkan kemampuan pistol biasa hingga setara basoka dan kau membuat proyeksi hologram 3D menjadi proyeksi dengan daging dan darah. Lantas apakah anak itu juga memiliki kekuatan itu? (menunjuk layar monitor yang menampilkan Rei yang duduk di pesawat pengunci)
Mar        : Tentu saja. Dia mewarisi kekuatan ayah dan ibunya.
Bram     : Suku ayahnya mewarisi kekuatan “penghubung”, menghubungkan diri dengan orang lain melalui telepati dan berbagai macam jenisnya, membaca pikiran orang, memprediksi keberadaan manusia, dan sejenisnya. Lantas jika dia juga memiliki kekuatan “Kenaikan”, maka akan jadi bagaimana kekuatannya?
Mar        : Coba kau tebak sendiri terlebih dahulu.
Bram     : (merenung dan berpikir) Mengendalikan orang-orang dari alam bawah sadar?
Mar        : (tersenyum)
[INT] Lorong
Dru         : (melepas pelukan) Syukurlah kau masih hidup. Aku senang melihatmu.
Rad        : Aku juga senang melihatmu, istriku.
Dru         : K-kau ingat kalau kita sudah menikah?
Rad        : (mengangguk)
Dru         : (tersenyum senang)
Rad        : Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Dru. Aku tak bisa bergabung dengan kalian para pengunci. Aku akan tetap di sini.
Dru         : Apa maksudmu?
Rad        : Aku memutuskan untuk memihak ayahku, Dr. Bram atau Mr. Locked sepenuhnya.
Dru         : (ternganga)
[INT] Ruang Rahasia
Mar        : Baiklah, Tuan. Mungkin ini saatnya aku pergi (citra Margareth semakin kabur)
Bram     : Berarti kita akan bertemu 24 jam lagi di ibukota sebagai musuh. Begitukah?
Mar        : (mengangguk) Ya, termasuk dengan anak-anak Dr. Niko, Drupadi dan Rei.
[SFX] Langit-langit terbuka. Sebuah mesin modern terbang di angkasa. Menyorotkan cahaya pada Dr. Bram
Bram     : Helikopterku sudah tiba.
Mar        : (mendongak) Di tempatku, ini disebut piring terbang.
[INT] Lorong
Dru         : (mendongak) Apa itu? Piring terbang?
Rad        : Kendaraan yang akan membawaku pergi.
Dru         : Jadi ini perpisahan? (mulai menangis)
Rad        : Jangan lemah. Ingat salah satu semboyan pengunci, “Kesetiaan pada negara lebih penting daripada ikatan keluarga”. Mungkin ini juga berlaku dengan ikatan pernikahan.
Dru         : (berusaha tegar) Baiklah jika itu maumu. Kita akan bertemu sebagai musuh. (nada tegas, tatapan tajam)
[OS] Lima belas detik sebelum penghancuran
[SFX] Suara teman-teman Dru berteriak dari pesawat para pengunci
(Sinar dari piring terbang menyinari Radian, mengangkatnya ke langit)
[EXT] Ruang Rahasia yang Terbelah
Bram     : (terangkat perlahan menuju piring terbang) Aku tak menyangka harus bertarung dengan orang yang kuanggap sebagai putriku sendiri.
Mar        : (tersenyum) Tunggu, Tuan.
Bram     : (menatap hangat ke arah Margareth)
[EXT] Lorong yang Terbelah
Rad        : Dru!
Dru         : (menoleh)
[EXT] Lorong dan Ruang Rahasia
Rad dan Mar      : Terima kasih untuk semuanya. (Citra Margareth pudar sepenuhnya) (Radian masuk ke dalam piring terbang)
[EXT] Halaman depan gedung
Rosi        : Cepat naik, Dru!
Dru         : (melompat ke pesawat)
Ronaldi : Bersiaplah! (melajukan pesawat secepat kilat)
[SFX] Blar!!! Gedung Meledak!
[INT] Pesawat Para Pengunci
Cyn        : Aku baru pertama kali melihat piring terbang! Menakjubkan! (melihat ke jendela)
Joe         : (mengangguk)
Rin          : Dru, bukankah tadi Radian?
Semua  : (menatap ke arah Dru) 
Dru         : (memegangi perut, menangis terisak)


Bersambung...

Catatan:

Movie Blog Script Tour ini adalah salah satu program komunitas OneWeekOnePaper (OWOP). Penulis skrip ini bukanlah pihak profesional. Atas segala tanggapan yang membangun, kami ucapkan terima kasih.

Sang Kaisarina

Movie Script Blog Tour
One Day One Paper

Cerita sebelumnya:
Episode 1: Terkuncinya Para Pengunci -  Annisa Fitrianda Putri
Episode 2: Permainan (Akan) Dimulai -  Dini Riyani
Episode 3: Detik-Detik Kematian Radian -  Said Al Khudry
Episode 4: Para Artemis dan Orion Mereka -  Nadita Zairina
Episode 5: Friend or Foe -  Nana
Episode 6: Menebak Teka-Teki Langit - Evnaya Sofia
Episode 7: Di balik Rasi Bintang Orion -  Rizka Agustina
Episode 8: Tragedi Mawar Putih -  Rizky Khotimah
Episode 9: Genosida! -  Mister Izzy
Episode 10: Radian dan Dru -  Cicilia Putri Ardila
Episode 11: Kenangan Dan Tantangan -  Deasy Wisudawati
Episode 12: Dru, dan Hilangya 'Mawar Putih' - Zahida An-Nayra
Episode 13: Sang Mata-mata - Ruru
Episode 14: Mawar bersilang dan Terlepasnya Top - Kenti Lestari
Episode 15: Kekuatan Tersembunyi Rei - Dehuji
Episode 16: Pelarian dan Pertemuan oleh Apriastiana Dian
Episode 17: Rebelion Inside - Doddy Rakhmat

Radian telah mengetahui jati diri Mr. Locked yang tak lain adalah Dr. Bram, ayahnya sendiri. Sementara Wijaya, salah satu pengunci, ternyata adalah mata-mata yang selama ini dicari.



[INT] Ruang Penyimpanan Senjata
Rei          : Aku penggagas? Apa maksudmu, Dru?
Dru         : Diamlah dulu (berbisik, menempelkan telinga di pintu)
[SFX] Suara langkah kaki menjauh
Dru         : (bergumam) Suara mereka menghilang. Mereka pasti datang untuk membantu kami. (menyentuh gagang pintu)
[SFX] Suara derap langkah beberapa orang
[OS] Ada penyusup mengarah ke arah sana! Cepat kejar!
[SFX] Suara derap langkah menjauh
Dru         : (bergumam) Sial! Jangan-jangan mereka mengejar Rosi dan Ronaldi. (berpaling ke arah Rei)
Rei          : Aku menunggu
Dru         : Baiklah. Kau tahu sejarah Tujuh Suku Penguasa Tanah Barat, kan?
Rei          : (menggeleng) Tidak.
Dru         : Demi Tuhan! Itu sejarah negara kita. Apa kau tidak memerhatikan saat guru sejarah mengajar?
Rei          : (menggeleng, wajah polos) Tidak.
Dru         : (menggumam) Ampuni adikku, Tuhan. Baiklah. Dengar. Keadaannya mendesak, jadi aku hanya menceritakan ini sekali.
Rei          : (menyimak)
Dru         : Dulunya benua ini, Tanah Barat, penuh dengan pertikaian antar suku. Tatanan masyarakat tak bisa terbentuk. Kekacauan datang silih berganti. Tapi sebuah suku besar, Suku Padishah, memersatukan tanah ini. Dibantu tujuh suku kuat lainnya, suku Abraham, Aydinoglu, Yamanaka, Scierex, Isanovich, Ashraf, dan Eric, suku Padishah membuat negara super power, sebuah kekaisaran. Tampuk kekaisaran diberikan kepada suku Padishah turun-temurun. Sang Kaisar inilah yang oleh sebagian sejarawan disebut penggagas, karena dia menggagas sebuah sistem dan negara yang melahirkan kedamaian di tanah ini. Istilah “penggagas” ini yang kami gunakan dalam intelijen daripada “kaisar”.
Rei          : Oh, penggagas itu kaisar? Bilang, dong! Itu mah aku tahu. Orang sok misterius yang nggak pernah muncul di televisi itu, kan? Tunggu, keluarga kita, Aydinoglu, termasuk tujuh suku besar? Keren, ya. Tapi aku gak pernah dengar masalah suku-suku itu.
Dru         : Semakin ke sini, orang tidak lagi memedulikan asal suku mereka. Bahkan banyak juga yang sudah tidak menggunakan nama suku mereka sebagai marga.
Rei          : Lanjut.
Dru         : Setengah abad lalu, terjadi perubahan struktur dan kekuatan politik. Secara resmi, Baginda Kaisar membagi kekuasannya pada kerabatnya. Itulah sebabnya para kerabatnya juga disebut penggagas oleh kami.
Rei          : Lantas apa itu Pengunci?
Dru         : Pengunci adalah pasukan rahasia khusus. Usianya sama tuanya dengan kekaisaran ini. Mereka, atau kami, adalah bawahan sekaligus pelindung penggagas. Anggotanya dipilih dari keluarga tujuh suku besar yang memiliki kemampuan supranatural terbaik. Tugas kami “mengunci” setiap kekacauan agar tetap terkurung di “neraka”.
Rei          : Jadi kau berada di kumpulan superhero?
Dru         : Jangan bayangkan seperti di film. Kekuatan supernatural yang kami miliki kami anggap tambahan saja. Bukan hal yang sangat istimewa. Kami sendiri jarang membahas mengenai kekuatan ini. Lagipula, kekuatan supranatural suku lain lebih seperti kelebihan fisik, jadi sangat sering hanya keluarga Aydinoglu, keluarga kita yang hanya dianggap memiliki kekuatan supranatural, karena kekuatan kita adalah "penghubung", seperti telepati dan mendeteksi keberadaan manusia.
Rei          : Oh, itu sebabnya aku bisa mendengar suaramu. Oke. Lantas bagaimana Tragedi Mawar Putih itu?
Dru         : Itu berawal dari para pemberontak yang menyebut diri mereka kaum revolusioner. Mereka memulai pemberontakan dan mengguncang kedamaian yang telah tertancap selama satu milenia di tanah ini.
Rei          : Lantas Ayah?
Dru         : (bungkam dan memalingkan muka)
Rei          : Dru, demi Tuhan! Jawab aku! Lantas apa kaitan Ayah kita dengan semua ini?! (mencengkeram lengan Dru, menatap Dru dengan tajam)
Dru         : (mengambil napas dalam) Ayah membantu pemberontak, Rei. Para penggagas sendiri yang pada akhirnya membunuh mereka.
Rei          : Apa maksudmu? Justru penggagas yang mengkhianati ayah kita!
Dru         : Kau telah membaca dokumen Tragedi Mawar Putih?
Rei          : Sudah.
Dru         : Kau tahu alasan para penggagas memilih mereka bertiga, termasuk Ayah, untuk misi genosida?
Rei          : (menggeleng)
Dru         : Mereka bertiga sudah lama bekerja sama dengan pemberontak, Rei. Pihak penggagas tahu itu. Jadi pihak penggagas memilih mereka bertiga dikirim untuk misi, agar mereka bertiga mengira bahwa penggagas belum tahu keterlibatan mereka. Sayangnya Dr. Bram selamat.
Rei          : Bahasamu itu seolah kau setuju dengan tindakan keji itu, Dru. Dia ayah kita! (nada menekan)
Dru         : Aku tahu kalau Dr. Niko ayah kita! Aku lebih dulu lahir daripada kau! Tapi perbuatan ayah kita tak dapat ditoleransi, membahayakan seisi kekaisaran. Kau ingin melindungi Ayah dan membiarkan jutaan nyawa terancam?
Rei          : Pasti ada jalan lain, kan? (suara bergetar)
Dru         : Bila memang ada penyelesaian yang lain, apa kau pikir aku sudi bergabung dengan kelompok yang membunuh Ayah? Lagipula …
Rei          : Lagipula apa?
Dru         : Kau hendak dijadikan pion Ayah. Kau termasuk keluarga kekaisaran, berarti kau seorang penggagas. Ayah berencana mendudukanmu sebagai penggagas tertinggi, sang kaisar, dan Ayah akan mengendalikan pemerintahan dari balik layar.


Rei          : Aku penggagas? Apa maksudmu?
Dru         : Ibu kita seorang putri suku Padishah, Rei. Seorang penggagas.
Rei          : (terperangah) Tak mungkin. Kalau begitu, kau juga penggagas?
Dru         : (menggeleng) Secara hukum bukan. Yang dimaksud penggagas adalah, pertama, semua orang yang silsilahnya bersambung ke penggagas pertama, kaisar pertama, dari jalur laki-laki. Mereka yang kita sebut pangeran dan putri. Kedua, anak laki-laki putri dan keturunan laki-lakinya. Anak perempuan tak termasuk.
Rei          : (bergidik)
[Cut to]
[INT] Ruang Rahasia Mr. Locked
Rad        : Para Penggagas bukan tiran! Ayahlah yang berambisi menguasai kekaisaran demi kepentingan pribadi, membahayakan ratusan juta nyawa! Itulah sebabnya para penggagas hendak membunuh Ayah!
Bram     : Dan kau setuju dengan tindakan mereka? (nada sinis)
Rad        : Kesetiaan pada negara lebih penting dari ikatan darah. Mengorbankan satu nyawa lebih baik daripada mengorbankan jutaan nyawa. (nada tegas)
Bram     : Ckck. Dan kau percaya kalau Ayah melakukan ini lantaran ambisi pribadi?
Rad        : Memang begitu adanya.
Bram     : Mereka yang kau puja itu, para penggagas, telah menyimpang! Dinasti mereka sudah terlalu lama duduk di takhta, membuat hati mereka tumpul dan menjadi tiran. Korupsi yang merebak, pembunuhan bahkan genosida bagi mereka yang tak sejalan, itu semua bukti bahwa mereka sudah tak layak memimpin!
[Cut to]
[INT] Ruang Tabung
Artha     : Itu konsekuensinya, Wijaya. Ayahmu berkhianat. Dia harus mati.
Wijaya  : Tutup mulutmu! Atasanmu yang hina itu yang harus mati!
Aldi        : Sudah, sudah. Tempat ini akan hancur dalam lima, oh, empat menit lagi. Setelah mereka semua hancur, kita langsung menyerang markas mereka dengan seribu helicopter siluman yang sudah kita persiapkan.
Rinjani  : Apa?
Widhi    : Lepaskan kami! Hoey!
Aldi        : Selamat tingg, aakh!! (menjerit, punggung berdarah)
Rosi        : Terlalu cepat mengucapkan selamat tinggal. (masuk ruangan, memegang pistol)
Wijaya  : (mengambil pistol, menembak Rosi)
Rosi        : (berguling, menembak Wijaya)
Aldi        : (melempar bom cahaya, seisi ruangan silau mendadak)
Rosi        : (mengerjap-kerjap mata) Mereka lenyap. Ke mana larinya?
Ronaldi : Kau sudah temukan, ah, kalian di sini?
Artha     : Cepat bebaskan kami.
Ronaldi : (mengepalkan tangan, tangan berubah merah, menghancurkan tiap tabung dengan sekali tinjuan)
Rosi        : Kita harus bergegas pergi!
Rin          : Tapi anakku –
Ronaldi : Mereka diselamatkan pengunci lain, sudah ditempatkan di jet kita. Sebaiknya kita mencari Dru, Rei, dan Radian.
Ar, Wid, Rin : Baik!
[Cut to]
[INT] Ruang Rahasia Mr. Locked
[SFX] Bip. Suara layar monitor mati.
Rad        : (tatapan kosong)
Bram     : Kau lihat pembantaian yang disebut oleh penggagas sebagai keadilan tadi kan di video. Itu video asli, tanpa rekayasa. Setiap kelompok yang berusaha meluruskan penggagas akan dibantai.
Rad        : (lirih) Tidak mungkin.
Bram     : Pikirkanlah. Berpihaklah pada ayah.
Rad        : (suara lirih, gemetar) Tidak
[INT] Ruang Senjata
Rei          : Ini semua omong kosong! Kalau begitu, kenapa Ibu mau menikah dengan Ayah yang pemberontak?
Dru         : Para penggagas terbagi menjadi dua. Beberapa penggagas, termasuk Ibu, sepakat dengan para pemberontak dan menentang Penggagas Tertinggi, Kaisar Rei XXX.
Rei          : Lantas, apakah berarti Ibu dibunuh juga oleh Penggagas Tertinggi? Atasanmu itu?
Dru         : Tidak (tatapan tajam) Ayah yang membunuh Ibu.
[INT] Ruang Rahasia
Bram     : Bagaimana, putraku? Inilah kenyataannya! Inilah dunia yang sesungguhnya!
Rad        : Tidak mungkin (suara bergetar, tatapan nanar)
Bram     : Penggagas itu sadis, Rad, bahkan pada sesama mereka. Kau tahu ibu mertuamu, Rita? Dia penggagas juga, seorang putri, dan dia dibunuh oleh Penggagas Tertinggi karena mendukung gagasan suaminya.
[INT] Ruang Senjata
Rei          : Omong kosong! Ayah meninggal lebih dulu daripada Ibu. Bagaimana –
Dru         : Dengan racun, Rei. Racun itu menggerogoti tubuh Ibu secara perlahan selama tiga tahun. Ayah memberikan racun itu sebagai siksaan untuk Ibu.
Rei          : (memegangi kepala) Mustahil
[INT] Ruang Rahasia
Rad        : Ibu Drupadi? Nyonya Rita? Beliau putri? Penggagas? Mustahil.
Bram     : Kau tak tahu, kan? Itu wajar. Kaisar Rei XXX ingin kekuasaan absolut, jadi dia menyingkirkan semua yang menghalanginya, walaupun itu keluarganya. Ayah Rita, salah satu penggagas juga, dibunuh. Tetapi dia berhasil menitipkan putri kecilnya pada keluarga Waley Scierex, teman baikku yang dibunuh Penggagas Tertinggi saat Tragedi Mawar Putih. Itu sebabnya jati dirinya tak diketahui oleh Penggagas Tertinggi pada awalnya.
[INT] Ruang Senjata
Rei          : (tersengal)
Dru         : Inilah kenyataannya. Penggagas Tertinggi berusaha menjaga keseimbangan kekaisaran roboh oleh tangan para pemberontak.
[INT] Ruang Rahasia
Rad        : Kau dusta
Bram     : Inilah kenyataannya. Atasanmu itu tak lain adalah tirani yang harus dienyahkan dari bumi.
[INT] Ruang Senjata
Rei          : (memegangi kepala)
Dru         : Penggagas berusaha menjaga keseimbangan, menjaga perdamaian yang telah kokoh berdiri selama satu milenia.
[INT] Ruang Rahasia
Rad        : (pandangan nanar)
Bram     : Penggagas berusaha menyingkirkan semua penghalang, menciptakan kekacauan bagi dunia
[INT] Ruang Senjata dan Ruang Rahasia
Reid an Rad        : DIAAAAM!!!
[INT] Ruang Rahasia
[SFX] Pintu dibuka. Margareth dan dua orang lelaki kekar masuk
Bram     : Bawa Radian ke tempat yang aman.
Lelaki 1 : Baik, Tuan. (mendekat ke arah Radian yang shock dan menyeret kursinya bersama lelaki 2)
[SFX] Pintu ditutup
Mar        : Apa Anda sudah berhasil meyakinkan Radian, Tuan? Kelihatannya dia sangat terguncang.
Bram     : Hampir.
Mar        : (tercenung)
Bram     : Lantas bagaimana dengan dirimu? Setelah melihat semua ini, apakah kau menyadari kesalahan semua pendahulumu?
Mar        : (tampang bingung) Maaf?
Bram     : (tersenyum sinis) Aku sudah tahu, Margareth.
Mar        : (terkejut, kemudian tersenyum) Benarkah? Pasti karena Wijaya. Anda sungguh hebat.
Bram     : Sayangnya aku belum memberi selamat atas penobatan Anda. (berdiri dan kemudian membungkuk takzim) Selamat atas kedudukannya sebagai Penggagas Tertinggi, Baginda Kaisarina Margareth. Semoga diberkahi.


Catatan:
Movie Blog Script Tour ini adalah salah satu program komunitas OneWeekOnePaper (OWOP). Penulis skrip ini bukanlah pihak profesional. Atas segala tanggapan yang membangun, kami ucapkan terima kasih.