Selamat Datang!!!

Silakan tinggalkan komentar dengan santun

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Menuju Masa Keemasan Islam

Bukan bertanya, "Kapan Islam berjaya?" karena cepat atau lambat Islam pasti kan berjaya. Namun bertanyalah, "Apa peranku dalam menyongsong kejayaannya?"

The Time

Minggu, 05 Februari 2017

Pangeran Utsmani dan Takdir Kematian (bag. 1)


Tak diragukan lagi, fratrisida (pembunuhan saudara) merupakan salah satu bahasan paling kontroversial dalam sejarah Utsmani[1]. Disampaikan dalam hukum pemerintahan Sultan Mehmed Fatih[2][2] tentang berhaknya memberikan hukuman mati kepada anggota dinasti laki-laki  untuk menjaga masa peralihan kepemimpinan. Terdapat perbedaan dalam pelaksanaan hukuman mati ini sepanjang sejarah kekaisaran, dengan sebagian besarnya dipandang sebagai tindakan yang sah, tetapi sebagian pelaksanaan hukuman mati, utamanya untuk mencegah kemungkinan pemberontakan, dikritik sebagai tindakan yang tidak dibenarkan.

 
Adat “kerajaan menjadi kepemilikan bersama dinasti” menjadi salah satu ciri politik bangsa Turki kuno[3], dan terus berlanjut sampai mereka memeluk Islam. Sebagian pemimpin bangsa Turki memilih untuk membagi negara mereka menjadi beberapa wilayah dan memberikannya kepada para pangeran untuk menghindari perang saudara. Namun pelaksanaan ini memperlemah negara dan menggiring pada kejatuhannya. Syukurlah, Utsmani belajar dari pengalaman ini. Mereka mengorbankan diri mereka untuk negara dan rakyatnya dan meminum racun pahit itu untuk diri mereka sendiri. Racun pahit itu adalah menghukum mati sesama anggota dinasti untuk kemaslahatan masyarakat, yang dikenal dengan fratrisida.